BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
AKI menurun
sangat lambat dekade terakhir, sedangkan target MDG’s yang ditegaskan dalam
Keppres No. 5 tahun 2010 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan
dengan negara – negara ASEAN AKI di Indonesia menempati peringkat teratas.
(Depkes RI, 1999 ).
Angka
Kematian Ibu (AKI) dinegara berkembang karena kehamilan, persalinan dan
nifas merupakan masalah yang komplek dan berkepanjangan. Bahkan sampai saat ini
masalah tersebut belum teratasi. Dinegara miskin, sekitar 25-50 % kematian
wanita subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat
melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa
puncak produktivitas (Saefudin: 2006:3).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau
World Healht Organization (WHO) menjelaskan bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menduduki
pringkat ke-6 dibandingkan dengan
negara-negara ASEAN.
AKI di Indonesia pada tahun 2007 AKI
adalah 248/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun
2011 AKI adalah 228 /100.000 AKI mengalami penurunan dari tahun 2007 sampai 20011 (Depkes RI, 2008).
AKI di Jawa Barat mengalami penurunan dari
tahun 2003 sampai tahun 2007, yaitu pada tahun 2003 sebesar
321.15/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2007 AKI sebesar
81/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2007)
AKI di
kabupaten Cirebon pada tahun 2011 berjumlah 49 orang (Laporan Tahunan Dinkes Kabupaten Cirebon. 20011).
Penyebab kematian ibu di
kabupaten Cirebon tahun 2011 adalah pre-eklampsia dan eklampsia (28 %),
perdarahan (24%), dan infeksi (11%). Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan
penyebab kematian ibu tertinggi pertama di Cirebon.
Laporan bulanan KIA puskesmas Sendang 2011
dari tahun 2007-2011 tidak ada AKI
tetapi angka komplikasi masih tinggi cakupan kumulatif K1 pada tahun
2012 dengan rentang waktu dari Januai-Mei komplikasi kebidanan 40,15 % dan cakupan k4 yaitu 33%.
Mengingat semakin meningkatnya kasus
Eklampsia terutama di Negara-negara berkembang, maka penulis mengangkat tema
Pre-Eklampsia berat dari hasil temuan saat melakukan Praktek
Klinik Kebidanan I di PKM Sendang kabupaten Sumber dari 18 keseluruhan di
temukan 1 kasus PEB dalam waktu 1 minggu dari tanggal 18-24, maka penulis tertarik
mengangkat tema Pre-Eklampsia berat sebagai
bahan membuat laporan kasus pada Ny. S hamil trimester II ini, guna menegakkan
diagnosis dini pre-eklampsia dan mencegah agar jangan berlanjut menjadi
Eklampsia sehingga kematian ibu dan perinatalnya dapat dicegah.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil yang mengalami Pre-Eklampsia
Berat dengan menggunakan pola pikir 7
langkah Varney dan pendokumentasiannya menggunakan SOAP.
1.2.2
Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa
mampu melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan data pada
ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat
c. Mahasiswa
mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada ibu hamil dengan
Pre-Eklampsia Berat.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan akan
tindakan segera atau kolaborasi pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat.
e. Mahasiswa mampu merencanakan Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat.
f. Mahasiswa
mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan Pre-Eklampsia Berat.
g. Mahasiswa
mampu mengevaluasi setelah dilakukan tindakan pada ibu hamil dengan
Pre-Eklampsia Berat.
1.3
Metode
Penulisan
Dalam
penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
studi kasus melalui teknik:
A. Studi Pustaka
Yaitu
dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik kasus Pre-Eklampsia
Berat .
B. Observasi Partisipasi
Yaitu
dengan observasi dalam melakukan Asuhan Kebidanan langsung pada klien guna
memperoleh data objektif.
C. Wawancara
Yaitu
untuk mendapatkan data subjektif langsung dari klien dan keluarganya.
1.4
Sistematika
Penulisan
Makalah
ini disusun secara sistematis yang terdiri dari:
BAB
I PENDAHULUAN
Terdiri
dari Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN
TEORI
Terdiri
dari Pengertian, Patofisiologi, Etiologi, Tanda dan Gejala, serta Diagnosa,
Komplikasi Pre-Eklampsia dan Penanganannya
BAB III TINJAUAN
KASUS
Terdiri
dari pendokumentasian dengan menggunakan sistem SOAP
BAB IV PEMBAHASAN
Terdiri
dari Pengkajian, Interpretasi Data, Identifikasi Masalah dan Diagnosa
Potensial, Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera/kolaborasi, Merencanakan
Asuhan yang menyeluruh, serta Pelaksanaan dan Evaluasi
BAB V PENUTUP
Terdiri
dari Kesimpulan dan Saran
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Konsep
Medis
2.1.1
Kehamilan
2.1.1.1
Definisi
Kehamilan
Kehamilan adalah proses yang terjadi bila ada
pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa)
pada saat haid terakhir/pada masa ovulas (Prawirohardjo, 2006 : 65).
Kehamilan merupakan masa di mulainya konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 Minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Saefuddin Bari, 2006: 89).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kehamilan merupakan suatu proses yang diawali oleh proses pembuahan
dimana adanya pertamuan dan
persenyawaan antara sel telur dan sel sperma yang diakhiri dengan persalinan
dalam kurun waktu 280 hari ( 40 ) minggu tidak lebih dari 300 hari.
2.1.1.2 Etiologi Kehamilan
Setiap bulannya
wanita akan melepaskan 1 atau 2 sel telur ( ovum ) dari indung telur (ovulasi) yang
ditangkap oleh umbai-umbai ( fimbriae) dan masuk kedalam saluran telur. Saat pria dan wanita melakukan hubungan seksual,
terjadi ejakulasi sperma dimana dari saluran reproduksi
pria dilepaskan cairan mani berisi sel-sel sperma ke dalam saluran reproduksi
wanita. Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel
sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan
(Konsepsi=fertilisasi) Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di
bagian ampulla dari tuba fallopi (Heffner&Schust,42-43;2008).
Ovum yang telah
dibuahi ini segera membelah diri yang bergerak (oleh rambut getar tuba atau
sillia) menuju ruang rahim, kemudian melekat pada mukosa rahim untuk
selanjutnya bersarang di ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6-7 hari.
Untuk menyuplai darah dan zat-zat makanan bagi mudighah dan janin, dipersiapkan
uri (plasenta). Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada
ovum (sel telur), sperma, pembuahan ( konsepsi = fertilisasi ), nidasi dan
plasentasi (Heffner&Schust,42-43;2008)
2.1.1.3 Patofisiologis
Ovulasi
|
↓
|
Sperma+ovum
|
↓
|
Zigot
|
↓
|
Morulla
|
↓
|
Blastula
|
↓
|
Trofoblast
|
↓
|
Embrio
|
↓
|
Fetus ( Janin )
|
Keterangan :
Pada saat ovulasi,
satu sel sperma membuahi ovum di ampulla tuba fallopi. Maka sel telur tersebut
disebut zigot. Dalam perjalanan menuju uterus, sel ini membelah diri menjadi 2,
4, kemudian 8, dan seterusnya. Menuju morulla dalam pertumbuhan selajutnya lapisan
luar morula mengeluarkan semacam cairan yang disebut blastula, kemudian dinding
sel menjadi trofoblast. Setelah itu trofoblast tertanam dalam pertumbuhan
selanjutnya menjadi fetus (Johannes,161-165:2009).
2.1.1.4 Tanda-tanda
Kehamilan
Ada beberapa tanda-tanda kehamilan. Berikut ini diuraikan
mengenai tanda-tanda dugaan kehamilan, tanda kehamilan yang tidak pasti, dan
tanda kehamilan yang pasti.
1)
Tanda-tanda Dugaan Kehamilan
a)
Menstruasi terlambat atau tidak menstruasi.
b)
Merasa mual dan muntah dan ngidam
c)
Payudara besar dan tegang.
d)
Sulit buang air besar.
e)
Perubahan warna kulit pada bagian-bagian tertentu,
misalnya leher, muka dan areola mamae.
f)
Epulsi (pembengkakan pada gusi).
g)
Varises (munculnya pelebaran pembuluh darah,
misalnya di bagian betis).
2)
Tanda-tanda kehamilan yang
tidak pasti
a)
Rahim membesar.
b)
Test kehamilan positif (kemungkinan hasil test
positif palsu karena terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan).
3)
Tanda-tanda kehamilan yang pasti
a)
Terasa adanya gerakan janin dalam rahim.
b)
Teraba adanya bagian-bagian janin.
c)
Terdengar
adanya denyut jantung janin.
d)
Terlihat
adanya gambaran janin melalui USG (ultrasonografi).
2.1.1.5 Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil
Menurut Mochtar
(2002 : 35-38), dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genitalia
wanita mengalami perubahan mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim. Perubahan ini yaitu :
a)
Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertropi dan hiperplasia sehingga menjadi 1000 gram
saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami
hipertropi dan hiperplasia menjadi lebih besar, lunak
dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.
b)
Vagina (Liang Senggama)
Pada bagian ini megalami peningkatan pembuluh darah
karena pengaruh estrogen sehingga tampak merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks).
c)
Ovarium (Indung Telur)
Pada salah satu ovarium dapat
diketemukan corpus luteum gravidatas, sampai terbentuknya plasenta yang yang
mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
d)
Payudara
Perubahan pada mammae yaitu hitam dan membesar akibat
hormon somatomammotropin, estrogen,
dan progesteron. Estrogen menimbulkan hipertropi
sistem saluran, progesteron menambah sel-sel asinus. Sedangkan somatomammotropin mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel asinus dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga
terjadi perubahan kasein, laktalbumin
dan laktoglobulin. Di samping itu, di
bawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin,
terbentuk lemak dan tampak lebih hitam seperti seluruh areola mammae menjadi lebih besar mammae karena hiperpigmentasi.
e)
Dinding Perut
Pada kehamilan lanjut khususnya
primigravida sering timbul garis-garis memanjang atau sering pada perut atau
lebih dikenal dengan striae gravidarum.
f)
Kulit
Selain striae gravidarum, juga terdapat
hiperpigmentasi antara lain pada areola
mammae, papilla mammae, linea alba.
Hiperpigmentasi kadang kadang terdapat pada kulit muka (pipi) disebut chloasma gravidarum. Pada umumnya
setelah kehamilan berakhir, gejala hiperpigmentasi
ini menghilang.
g)
Serviks Uteri
Perubahan yang penting pada
cervix dalam kehamilan ialah cervix menjadi lunak, hal ini terjadi karena
pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix
dan hyperplasia kelenjar-kelenjar
cervix.
h)
Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah itu dalam
kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi plasenta. Untuk yang membesar
dengan pembuluh darah yang membesar pula, mammae
dan alat-alat lain yang berfungsi berlebihan dalam kehamilan volume darah ibu
pada masa kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan yang
disebut hidraemia. Volume darah akan
bertambah banyak kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu diikuti dengan
cardiac output yang meninggi sebanyak
kira-kira 30%. Eritropoesis dalam
kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan transpor zat asam yang
dibutuhkan sekali dalam kehamilan meskipun ada peningkatan dalam volume
eritrosit. Secara keseluruhan, tetapi penambahan volume plasma jauh lebih
besar, sehingga konsentrasi hemoglobin pada wanita hamil pada keseluruhannya
lebih besar dari pada sewaktu belum hamil.
i)
Sistem Respirasi
Seorang wanita hamil pada
kehamilan lanjut tidak jarang mengeluh rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini
ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas karena tertekan oleh uterus yang
membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak.
j)
Traktus Digestivus
Pada trimester pertama
kehamilan terdapat perasaan mual (nausea).
Hal ini terjadi akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sebagai
mobilitas seluruh traktus digestivus
juga berkurang. Selain itu pada trimester pertama sering terjadi obstipasi
karena makanan lebih lama berada di dalam usus. Gejala muntah (emesis) juga sering terjadi pada
trimester pertama dan biasanya terjadi di pagi hari (morning sickness) dan bila terlampau sering sehingga mengganggu
aktivitas Ibu.
k)
Traktus urinarius
Pada trimester pertama biasanya
Ibu mengeluh sering kencing, hal ini terjadi karena kandung kencing tertekan
oleh uterus yang mulai membesar. Keadaan ini akan hilang dengan semakin tuanya
kehamilan bila uterus sudah keluar dan rongga panggul. Kemudian pada trimester
ketiga terutama bila kepala janin sudah mulai turun ke bawah pintu atas
panggul. Keluhan sering kencing akan timbul kembali, karena kandung kencing
mulai tertekan kembali.
Disamping
keluhan sering kencing, terdapat pula poliuria. Poliuria ini disebabkan oleh
adanya peningkatan sirkulasi di ginjal pada kehamilan, sehingga filtrasi di
glumerulus juga meningkat sampai 69%. Reabsorsi tubulus tidak
berubah, sehingga lebih banyak
dikeluarkan urea. Asam urik, glukosa, asam amino, asam folik dalam kehamilan.
2.1.2
Kehamilan
pada Pre-Eklamsia
2.1.2.1
Pengertian Pre-Eklamsia
Pre-Eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, umumnya
terjadi triwulan ke-3 kehamilan, tetapi
dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada kasus molahidatidosa.
Wanita
hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah
pada awal kehamilannya mencapai
140/90 mmHg.
Yang membedakannya dengan preeklamsia yaitu
factor-faktor hipertensi esensial muncul pada awal kehamilan kurang dari 20
minggu, jauh sebelum terjadi preeklamsia, serta tidak terdapat edema atau
proteinuria.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada
tanda-tanda lain untuk menegakkan daignosa pre-eklampsia, kenaikan tekanan
sistolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasa ditemukan, sekitar
140 mmHg atau lebih. Tekanan distolik naik dengan 15 mmHg atau lebih menjadi 90
mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat.
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. Perlu ditegankan bahwa
sindroma pre-eklampsia dengan adanya tanda hipertensi, edema, dan proteinuria.
(Wiknjosastro, 2007:287)
Pre-eklamsia dibagi dibagi dalam golongan ringan dan
berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda/gejala di bawah
ini di temukan
1) Tekanan
sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria
5gr atau lebih dalam 24 jam: 3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif.
3) Oligoria,
air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam.
4) Keluhan
serebral, gangguan penglihatan atau nyeri didaerah epigasrium.
5) Edema
paru-paru atau sianosis
(Wiknjosastro,
2007:282)
Sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh
wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat
timbul pre-eklampsia ringa, pre-eklamsi berat bahkan eklampsia. Oleh karena
itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin sangat penting guna
mencari tanda-tanda pre-eklampsia dalam usaha pencegahan pre-eklampsia berat
dan eklampsia.
2.1.2.2
Etiologi
Pre-Eklampsia dan Eklampsia
merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan. Walaupun
sampai sekarang belum diketahui
bagaimana hal itu bisa terjadi, tetapi telah banyak teori yang mencoba
menerangkan sebab musabab penyakit tersebut. Hanya saja tidak ada yang dapat
memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut.
1) Sebab
bertambahnya frekuensi pada primigravida ganda,
hidramnion,
dan mola hidatidosa.
2) Sebab
bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3) Sebab
dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan
kematian
janin dalam uterus.
4) Sebab
jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5) Sebab
timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Teori yang
dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre-eklampsia “the Disease of
Theories” adalah
a)
Ischemia Placenta
Plasenta tidak mendapatkan O2 dengan
baik.
b)
VLDL vs Toxicity – preventing activity
c)
Mal adaptasi immune
Pada
ibu hamil, immunologu menurun.
d)
Genetic.
6) Faktor-faktor
Predisposisi
a. Primigrivida
muda < 17 tahun
b. Primigrivida
tua > 35 tahun
c. Distensi
rahim yang berlebihan, seperti pada: hidrammion, hamil ganda, mola hidatidosa
(HCG meningkat)
d. Mempunyai
riwayat pre-eklampsia, hipertensi esensial
e. Mempunyai
penyakit yang menyertai kehamilan: diabetes mellitus, kegemukan, penyakit
ginjal, dan lain-lain
f. Keadaan
social ekonomi
Seperti
pada: keadaan mal nutrisi berat (kekuarangan protein dan vitamin)
Mungkin tanpa sepengetahuan kita, banyak
lagi faktor penyebab di antara factor-faktor yang ditemukan, sering sekali
sukar ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat karena di antara sebab dan
akibat sangat berkaitan erat.
(Wiknjosastro, 2007:283)
2.1.2.3
Patofisiologi
Spasmus pembuluh
darah (spasmus arteri)
|
Ganguan
metabolisme jaringan
|
Pembakaran tidak
sempurna
|
Pembentukan badan
keton asidosis
|
Retensi
garam + air
|
Plasenta
|
Penimbunan cairan
dalam R. Intersitel
|
Saprauh
tubuh
|
Oedem BB
naik
|
Tensi darah
naik
|
O2 kurang
|
Tinggi filtrasi
natrium (glomerulus)
|
Rendah diuresis
rendah protein uri
|
Penurunan volume
intravaskuler
|
Peningkatan
viskositas darah dan peningkatan hematokrit
|
Spasme arteroik
ginjal
|
Insufisiensi
plasenta
|
Insufisiensi
plasenta
|
IUGR
|
Pergerakan
janin
|
Kematian janin
|
Gangguan pada
mata, jantung, otak
|
Perubahan sistem
saraf pusat
|
Hyper refleksi
sakit kepala kejang
|
Perubahan pokok yang didapat pada
pre-eklampsia yaitu spasmus pembuluh
darah disertai dengan Retensi garam dan air. Apabila spasme arterioca ditemukan
di seluruh tubuh maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat
merupakan usaha untuk mengatasi tahanan perilaku agar oksigenasi jaringan dapat
tercukupi.
Edema dan kenaikan berat badan
disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruangan interstisiel,
diperkirakan berhubungan dengan retensi garam dan air, akibat penurunan
filtrasi natrium melalui glomerulus yang disebabkan spasme arteriole ginjal.
Hal ini menyebabkan diuresi menurun dan
proteinuria. Penurunan volume intra vaskuler menyebabkan peningkatan viskositas
darah dan peningkatan hematokrit.
Spasme arteri yang menuju plasenta
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan menurunnya pergerakan janin bahkan
dapat terjadi kematian.
Spasmus pada arteri juga menyebabkan
gangguan pada mata, jantung, dan otak. Perubahan system syaraf pusat
menyebabkan hiperrefleksia sakit kepala dan kekejangan.
Gangguan metabolisme jaringan
menyebabkan pembakaran yang tidak sempurna dan mengakibatkan badan keton dan asidosis.
Tidak semua Pre-eklamsi berat
menyebabkan kematian pada ibu.
Oleh
karena itu, sebagian besar pemeriksaan anatomi-Patologi berasal dari penderita
eklampsia yang meninggal.
Ada
beberapa perubahan pada organ-organ penting di antaranya :
1) Otak
Ditemukan
oedema dan anemia pada konteks cerebri, pada keadaan lanjut ditemukan peradarahan
dan nekrosis karena terjadi spasme pembuluh darah arteriol otak sehingga
menyebabkan nyeri kepala yang hebat.
2) Retina
Terjadi
spasme pada arterida-arterida, terutama yang dekat dengan diskus optikus dapat
terjadi edema.Vasosspasmus menyebabkan amourose, skotoma, penglihatan kabur,
dan diplopia. Bahkan bisa terjadi ablation retina (lepasnya retina) yang
disebabkan edema intra okuler td.
Hal
ini merupakan indikasi teminasi kehamilan, tetapi prognosa komplikasi ini baik
karena retina akan melekat lagi beberapa minggu post partum.
3) Jantung
Terjadi
perubahan subendokardil serta perubahan-perubahan degenerative, pada miokardivan
terdapat lemak, cloudy slling, oedema, nekrosis, dan terjadi spasme pada
pembuluh darah yang bisa menyebabkan hipertensi, nekrosis, dekompensatio
cordis, peradarahan, edema jaringan sampai terhentinya fungsi jantung.
4) Paru
Terjadi
edema yang menyebabkan dekompensatio cordis dan bronkopneumonia sampai abses
paru, sesak nafas sampai sianosis sebagai akibat aspirasi/kurangnya aliran
darah dan oksigen.
5) Ginjal
Terjadi kelainan-kelainan seperti:
a) Kelainan
glomerolus – di antara kapiler bertambah, membrane basalis dinding kapiler
seolah-olah terbelah karena bertambahnya matriks mesangial, sel kapiler
membengkak dan lumen menyempit. Penimbunan zat protein berupa serabut dalam
kapsul bawaan.
b) Kelainan
pada tubulus-tubulus Henia – Berdeskuamisi hebat, fragmen inti sel tampak
terpecah-pecah.
c) Spasme
pembuluh darah ke Glomerulus – menyebabkan oligulia aliran darah ke dalam
ginjal menurun sehingga menyebabkan filtrasi Glomerulus mengurang.
Kelaianan-kelainan pada ginjal tersebut dapat menyebabkan proteinnya dan retensi
garam dan air serta edema.
6) Hati
Terjadi
perdarahan yang tidak teratur dan nekrosis serta thrombosis pada lobus hati dan
pembuluh darah kecil, terutama di sekitar vena porta. Rasa nyeri di epigastrium
disebabkan perdarahan subkapsuler, sedangkan vasospasmus pada hati menyebabkan
leterus.
7) Kelenjar
Adrenal
8) Terjadi
kelainan berupa perdarahan dan nekrosis dalam berbagai tingkat.
9) Metabolism
Air dan Elektrolit
Hemokonsentrasi yang terjadi tidak
diketahui sebabnya, pergerakan cairan dari ruang intra vaskuler ke ruang
interstisiel, diikuti oleh kenaikan hematokrit, peningkatan protein serum, dan
sering bertambahnya oedema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah
meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran
darah ke plasenta mengalami vaso spasmus yang menimbulkan asfiksia, mengganggu
pertumbuhan janin (IUGR) hingga kematian janin dalam rahim (IUFD).
(Wiknjosastro, 2007:283-284)
2.1.2.4
Tanda
dan Gejala
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia
timbul dalam urutan: pertumbuhan berat badan yang berlebihan, diikuti oedema,
hipertensi, dan akirnya proteinuria.
Pada umumnya diagnosis pre-eklampsia
didasarkan adanya dan dari trias tanda utama:
a. Pre
eklamsi Ringan
1)
Sistolik 140 mmHg atau lebih/kenaikan 30
mmHg di atas tekanan yang biasa , tetapi tidak lebih dari 160 mmHg.
Diastolic
90 mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa, tetapi tidak
lebih dari 110 mmHg.
Tekanan
darah yang meninggi ini, sekurang-kurangnya diukur 2 kali dalam selang waktu 6
jam.
2)
Proteinuria lebih dari 0,3 gr/L dalam
urine 24 jam /lebih dan 1 gr/L pada urine yang sembarangan.
Proteinuria
ini harus ada pada 2 hari berturut-turut/lebih. Proteinuria pre-eklampsia
ringan – proteinuria 1+
3)
Oedema pada umur kehamilan > 20
minggu pada daerah libis, tungkai dan muka.
Sedangkan
kenaikan berat badan > 500 gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa
kehamilan
b. Preeklamsi
Berat
1)
Sistolik 160 mmHg atau lebih/kenaikan 30
mmHg di atas tekanan yang biasa .
Diastolic110
mmHg atau lebih/kenaikan 30 mmHg di atas tekanan yang biasa.
Tekanan
darah yang meninggi ini, sekurang-kurangnya diukur 2 kali dalam selang waktu 6
jam.
2) Proteinuria
lebih dari 2gr/L dalam urine 24 jam /lebih dan 2 gr/L pada urine yang
sembarangan.
Proteinuria
ini harus ada pada 2 hari berturut-turut/lebih. Proteinuria pre-eklampsia berat
– proteinuria ++ atau lebih
3)
Oedema pada umur kehamilan > 20
minggu pada daerah libis, tungkai dan muka.
Jika
dari hasil pemeriksaan ditemukan hasil yang melebihi dari kenaikan berat badan
> 500 gr/minggu, 2000 gr/bulan, atau 13 kg selama masa kehamilan dalam
pre-eklampsia ringan serta timbul komplikasi-komplikasi lain, maka gejala dan
tanda tersebut telah memasuki tahap pre-eklampsia berat dengan tanda dan gejala
seperti oliguria < 400ml/jam, koma,
trombosit < 100.000, leterus, perdarahan
retina dan beberapa keluhan subjektif lain, di antaranya adalah :
a) Nyeri
epigastrium
b) Gangguan
penglihatan, matanya kabur (diplopia)
c) Nyeri
kepala hebat terutama di daerah frontalis
d) Edema
paru dan sianosis/sesak nafas
e) Gangguan
kesadaran
f) Terdapat
mual dan muntah
g) Hiperrefleksia/kejang
serta koma
(Wiknjosastro,
2007:287-288)
c. Diagnosa
Diagnosa
dapat ditegakkan berdasarkan:
a) Gambaran
Klinik Pre-eklamsi Berat
Biasanya
tanda-tanda Pre-eklamsi Berat timbul dalam urutan : Pertambahan berat badan
yang berlebihan edema, hipertensi, dan proteinuria. Keluhan sakit kepala di
frontalis, nyeri epigastrium, nyeri visus, penglihatan kabur skotoma, diplopia,
mual, muntah, gangguan serebal lain seperti: kejang, hiperrefleksia serta koma.
(Wiknjosastro, 287-288:2007)
b) Uji
Diagnostik Pre-Eklampsia
(1) Uji
Diagnostik Dasar
(a) Pengukuran
tekanan darah
(b) Analisis
protein dan urine
(c) Pemeriksaan
oedema
(d) Pengukuran
tinggi fundus uteri
(e) Pemeriksaan
funduskopi
(2) Uji
Laboratorium Dasar
a) Evaluasi
hematologic (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi
eritrosit, sediaan apus darah tepi)
b) Pemeriksaan
fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat amino transferase)
c) Pemeriksaan
fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)
d) Pemeriksaan
Proteinuri
Negatif (-) : urine tak keruh
Positif 2 (+ +) : kekeruhan mudah dilihat dan ada
endapan halus
Positif 3 (+ + +) : urine lebih keruh dan ada
endapan yang lebih jelas.
Positif 4 (+ + + +) : urine sangat keruh dan di
sertai endapan menggumpal.
c) Diagnosae
Banding Pre-Eklampsia
(1) Pre
eklampsi ringan
-
hipertensi kronik
-
transient hipertensi
(2) Pre
eklampsi berat
-
Kronik hipertensi dalam kehamilan
-
Kehamilan dengan sindroma nefrotik
-
Kehamilan dengan payah jantung
(3) Eklampsia
-
Meningitis / ensefalitis (fungsi lumbal)
-
Epilepsy (anamnesa epilepsy +)
-
Febril convulsi (panas +)
-
Tetanus (kejang tonik dan kaku kuduk)
-
Tumor otak
(Wiknjosastro, 2007:290)
2.1.2.5
Komplikasi
Pre-Eklampsia Berat dapat menjadi
Eklamsi jika tidak segera ditangani dan
diobati. Pencegahan dan diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan mengurangi
angka kesakitan maupun kematian.
Adapun komplikasi yang mungkin
terjadi adalah :
1. Ischema
Uteroplacenta
a)
Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
b)
Kematian janin dalam rahim (IUFD)
c)
Solusio plasenta
d) Gawat
janin
2. Spasme
Arteriolar
a)
Perdarahan serebal
b)
Gagal jantung, ginjal, dan hati
c)
Abatio retina
d) Trombo
embolisme
e)
Gangguan pemebekuan darah (DIC)
3. Kejang
dan Koma
Trauma
karena kejang menyebabkan komplikasi pada ibu, antara lain:
a)
Sianosis
b)
Aspirasi air ludah menambah gangguan
fungsi paru
c)
Tekanan darah meningkat menimbulkan
perdarahan otak dan kegagalan jantung mendadak
d) Lidah
dapat tergigit
e)
Jatuh dari tempat menyebabkan flaktura
dan luka-luka
f)
Gangguan fungsi ginjal: oligo sampai
anoria
g)
Perdarahan dan albatio retina
h)
Gangguan fungsi hati dan menimbulkan
ikterus
2.1.2.6
Penanganan
Pada tingkat permulaannya, pre-eklampsia
tidak memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Maka,
diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan Antenatal Care. Pasien hamil hendaknya
diperiksa sekali dalam 2 minggu setelah bulan ke-6 dan sekali seminggu dalam
bulan-bulan terakhir.
Pemeriksaan ini harus rutin dan selalu
dikontrol tekanan darah, pertambahan berat badan dan ada tidaknya proteinuria.
Terutama pada penderita yang mempunyai factor predisposisi pre-eklampsia harus
selalu diwaspadai.
1. Tujuan pengobatan Pre-Eklampsia Berat adalah :
a) Mencegah
terjadinya eklampsi
b) Anak
harus lahir dengan kemungkinan hidup yang besar
c) Persalinan
harus dengan trauma yang sekecil-kecilnya dan jangan sampai menyebabkan
penyakit pada kehamilan dan persalinan berikutnya (section caesareae) menambah
bahaya pada kehamilan dan persalinan berikutnya
d) Mencegah
hipertensi yang menetap (Wiknjosastro, 2007:290)
2.
Dasar
Pengobatan
Pada
umumnya indikasi untuk merawat penderita pre -eklamsi di rumah sakit ialah :
a) Tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih, tekanan distoliknya 90 mmHg.
b) Proteinuria
+1 atau lebih
c) Kenaikan
berat badan 1,5 kg dalam seminggu yang berulang
d) Pembengkakan
edema yang berlebih secara tiba-tiba.
Apabila
salah satu tanda diatas ditemukan perlunya peningkatan pengawasan dan
dianjurkan untuk segera datang apabila ada keluhan, sementara anjurkan untuk
beristrahat dan mengurangi pemakaian garam dalam makanan
Pada penderita pre-eklamsi berat harus
segera mendapat perawatan rumah sakit dengan pemberian obat sedativ untuk
mencegah timbulnya kejang-kejang.
(Wiknjosastro, 2007:293)
Penanganan
Hipertensi dalam kehamilan pada berbagai tingkat pelayanan
TEMPAT PELAYANAN
|
PER
|
PEB / EKLAMPSIA
|
Polindes
|
a. rawat
jalan
b. istirahat
baring
c. diet
biasa
d. tidak
perlu obat
e. bila
tidak ada perbaikan
|
a. Pastikan
gejala dan tanda PEB
b. Nifedipin
10 mg dan MgSO4 40 gr IV dalam 10 menit
c. Siapkan
peralatan untuk kejang
d. Kateter
urine
e. Rujuk
rumah sakit
|
Puskesmas
|
a. rawat
jalan
b. istirahat
baring
c. diet
biasa
d. tidak
perlu obat
e. bila
tidak ada perbaikan
f. <
36 minggu rawat janin 1 x seminggu
g. tidak
ada perbaikan rujuk rumah sakit
|
a. Pastikan
gejala dan tanda PEB
b. Nifedipin
10 mg dan MgSO4 40 gr IV dalam 10 menit
c. Siapkan
peralatan untuk kejang
d. Kateter
urine
e. Rujuk
rumah sakit
|
Rumah sakit
|
a. Evaluasi
b. Bila
terdapat PEB atau tanda pertumbuhan janin terhambat lakukan terminasi
|
a. Pastikan
gejala dan tanda PEB
b. Nifedipin
10 mg dan MgSO4 40 gr IV dalam 10 menit
c. Siapkan
peralatan untuk kejang
d. Kateter
urine
e. Penanganan
kejang dengan MgSO4 dosis awal dan dosis pemeliharaan
|
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal,2006:217)
2.1.2.7 Penatalaksanaan
Penderita diusahakan agar:
1.
Terisolasi
sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2.
Dipasang
infuse glukosa 5%
3.
Dilakukan
pemeriksaan:
a.
Pemeriksaan
umum : Pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
b.
Pemeriksaan
kebidanan : Pemeriksaan Leopold, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam
(evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
c.
Pemasangan
dower kateter.
d.
Evaluasi
keseimbangan cairan.
4.
Pengobatan
a)
Sedatifa
: Phenobarbital 3x100 mg, valium 3x20 mg.
b)
Menghindari
kejang
1.
Magnesium
Sulfat
a.
Inisial
dosis 8 gr IM, dosis ikutan 4 gr/6jam
b.
Observasi
: pernapasan tidak kurang 16 kali/menit, refleks patella positif, urin tidak
kurang dari 600 cc/24 jam.
2.
Valium
a.
Inisial
dosis 20 mg IV, dosis ikutan 20 mg/drip 20 tetes/menit.
b.
Dosis
maksimal 120 mg/24 jam.
3.
Kombinasi
pengobatan
a.
Pethidine
50 mgr IM
b.
Klorpromazin
50 mgr IM
c.
Diazepam
(valium) 20 mg IM
4.
Bila
terjadi oliguria diberikan glukosa 40% IV untuk menarik cairan dari jaringan,
sehingga dapat merangsang diuresis.
5.
Setelah
keadaan pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan
berdasarkan :
a)
Kehamilan
cukup bulan
b)
Mempertahankan
kehamilan sampai mendekati cukup bulan
c)
Kegagalan
pengobatan pre eklampsia berat, kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
d)
Merujuk
penderita ke rumah sakit untuk memutuskan kelanjutan preeklampsia menjadi
eklampsia.
(Manuaba, 1998: 244-245).
Penatalaksanaan
PEB menurut Buku Praktis Ilmu Kebidanan:
PREEKLAMSI BERAT
>37 minggu
Gawat janin
Sindrom Hellp PJT
|
<37 minggu
Gawat janin (-)
Sindrom Hellp PJT
|
MgSO4
R / Anthipertensi
R / Suportif
|
konsevatif
|
aktif
|
>48 jam
Tidak membaik
|
Membaik menjadi PER
|
Terminasi
|
pervaginam
|
Seksio Sesarea
|
Kelola seperti PER
|
(Buku praktis ilmu kebidanan,46:2007)
Keterangan
a.
Perawatan
aktif
Indikasi bila didapatkan satu atau lebih
keadaan dibawah ini
1.
Kehamilan >37minggu
2.
Adanya gejala impending, eklamsi
3.
Adanya tanda gawat janin
4.
Adanya tanda-tanda PJT disertai dengan
hipoksia
Pengobatan medis
1. Infus RL
2. Pemberian
MgSo4
Cara pemberian MgSo4
1. Cara
pemberian menggunakan intravena
a. Dosis
awal
4 gam (20 cc MgSo4 20%) dilarutkan
kedalam 100 cc RL, diberikan selama 15-20 menit
b. Dosis
prmeliharaan
10 gram (50cc MgSo4 20%) dalam 500 cc cairan
RL di berikan dalam kecepataan 1-2 gram/jam (20-30 tetes/menit)
2. Pemberian
melalui intramuskuler secara berkala
a. Dosis
awal ;
4 gam ( 20 cc MgSo4 20%) dilarutkan
kedalam 100cc RL, di berikan selama 15-20 menit
b. Dosis
pemeliharaan :
Selanjutnya berikan MgSo4 4gram (10cc MgS04 40%) i.m setiap 4 jam,
tambahkan 1cc lidokain 2% pada saat memberian i.m untuk mengurangi rasa nyeri
panas.
1)
Syarat pemberian MgS04
a)
Reflek patella ++/++
b) Frekuensi
pernafasan > 16kali/memit
c) Urin
> 30cc/jam
2) MgSo4
dihentikan bila :
a)
Ada tanda intokasikasi
b)
Setelah 24 jam pasca persalinan
c)
Dalam 6 jam pasca persalinan sudah
terjadi perbaikan tekanan darah
3.
Diuretikum tidak diberikan kecuali ada :
a. Edema
paru
b. Payah
jantung kongestif
c. Edema
anasarka
4.
Antihipertensi diberikan bila :
a.
Tekanan darah: sistol > 180 mmHg, diastol 110 mmHg
b.
Obat pilihan adalah hidralazim, yang
diberikan 5 mg I.V pelan-pelan selama 5 menit dosis dapat diulang dalam waktu
15-20 menit sampai tercapai tekanan darah yang diinginkan bila hidralazim tidak tersedia, dapat
diberikan :
c.
Nifedipin 10 mg dan dapat diulangi
setiap 30 menit (max 120 mg / 24 jam) sampai terjadi penurunan tekanan darah.
d.
Labetalol 10 mg i.v Apabila belum
terjadi penurunan tekanan darah, maka dapat diulangi pemberian 20 mg setelah 10
menit, 40 mg setelah 10 menit kemudian, dan sampai 80 mg pada 10 menit
berikutnya.
5. Kardiovaskuler
Indikasi
pemberian kardiovaskuler ialah bila ada : tanda-tanda payah jantung. Jenis
kardiotonika yang diberikan : Codilanid-D
Perawatan
ini dilakukan bersama dengan sub bagian penyakit jantung.
6. Lain-lain
a. Obat-obatan
antipiretik
Diberikan
bila suhu rektal diatas 38,5° C dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin
atau alkohol
b. Antibiotika
Diberikan
atas indikasi
c. Antinyeri
Bila
pasien gelisah karena kontraksi rahim dapat diberikan petidin HCL 50- 75 mg
sekali saja.
7. Pengelolaan
obstetric
Cara
terminasi kehamilan
a. Sebelum
inpartu
Indikasi
persalinan : Amniotomi+ tetes oksitosin dengan syarat Skorbishop > 6
Seksio
secarea bila: Syarat-syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra
indikasi adanya tetesan oksitosin
8 jarum sejak dimulainya tetesan
oksitosin belum masuk fase aktif.
b. Sesudah
inpartu
Kala
1 fase laten : amniotomi + tetesan oksitosin denan syarat sekorbishop > 6
Kala
1 fase aktif : Amniotomi. Bila his tidak
adekuat di berikan tetes oksitosin. Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap
Kala
II
Pada
persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus bantuan.
b.
Pengelolaan
Konsevatif
1)
Indikasi
Kehamilan preterem > 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklamsi dengan keadaan janin baik
2)
Pengobatan medikal
Sama dengan pengobatan medikal pengelolaan secara aktif Hanya
dosis awal MgSO4 tidak diberikan i.v cukup i.m
saja (MgSO4 40% 8 grm i.m)
Pemberian MgSO4 di hentikan bila sudah mencapai tanda-tanda
pre-eklamsi ringan.
3)
Penanganan obsetrik
(1) Selama
perawatan koservatif tindakan observasi dan evaluasi sama seperti perawatan
aktif. Termasuk periksa tes tanpa kontraksi dan USG untuk membantu
kesejahteraan janin.
(2) Bila
setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan. Maka keadaan ini dianggap sebagai
kegagalan pengobatan medical dan harus diterminasi. Cara terminasi sesuai
dengan pengelolaan aktif.
(Buku praktis ilmu kebidanan,38-41:2007)
2.2 Konsep
Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengumpulan
data
a. Identitas
1)
Nama klien
Digunakan untuk membedakan antara
klien yang satu dengan klien yang lain
2)
Umur
Digunakan untuk mengetahui masa
reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, sebaiknya wanita hamil umurnya
tidak boleh kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
Kejadian pre eklampsia biasanya terjadi pada wanita usia <
17 tahun atau > 35 tahun (Sarwono,2002 : 287).
3)
Kebangsaan
Untuk menentukan golongan rhesus,
biasanya ras Eropa memiliki rhesus negatif dengan ras Asia yang memiliki rhesus
positif.
4)
Agama
Digunakan untuk mengetahui cara
mengatasi masalah dengan memberikan dukungan moral sesuai dengan kepercayaan
yang dianut.
5)
Pendidikan
Digunakan untuk mengetahui
pengetahuan klien tentang kesehatan, biasanya orang berpendidikan tinggi akan
mengerti tentang kesehatan dan lebih mudah untuk melakukan komunikasi
dibandingkan orang yang berpendidikan rendah.
6)
Pekerjaan
Digunakan untuk mengetahui tingkat
pekerjaan, pada klien yang bekerja pada tingkat berat akan sangat mempengaruhi
kehamilan.
7)
Alamat
Digunakan untuk memudahkan tenaga
kesehatan untuk menghubungi klien.
b. Anamnesa
1) Tanggal
/ jam
Untuk
mengetahui kapan klian datang dan mendapat pelayanan.
2) Alasan masuk
Ibu
hamil 5 bulan datang ke PKM dengan keluhan sering merasakan pusing penglihatan kabur.
3) Riwayat
menstruasi
a)
Menarche : Biasanya
ditemukan pada usia
12 –
16 tahun.
b)
Siklus menstruasi : Siklus
menstruasi yang normal adalah 28 – 30 hari.
c)
Banyaknya darah : Biasanya darah yang
keluar adalah 2 x ganti pembalut tiap
hari.
4) Riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui persalinan yang
lalu agar dapat mengetahui jalan lahir (panggul) normal.
5) Riwayat
kehamilan sekarang
Pada primigravida frekuensi pre
eklampsia lebih tinggi yaitu (65%) bila dibanding multigravida (35%) juga ada
gemeli, molahidatidosa, hidramnion (Sarwono, 2002 : 287).
a) Tanda-tanda
kehamilan
Tes
kehamilan dilakukan untuk mengatahui ibu / klien hamil / tidak.
b) HPHT
(Haid Pertama Haid Terakhir)
Untuk
mengetahui lamanya / umur kehamilan.
c) Taksiran
Persalinan (TP)
Untuk
mengetahui kapan taksiran yang akan bersalin.
d) Keluhan
yang dirasakan
Untuk
mengetahui apakah klien mempunyai faktor resiko tinggi yang dapat mempengaruhi
kehamilan, pada kasus Pre-eklamsi berat keluhan yang dirasakan mual dan muntah,
Pusing yang hebat, pandangan kabur, nyeri
epigastrium.
e) Pergerakan
janin pertama kali
Digunakan
untuk mengetahui janin masih hidup atau tidak. Pada primi gerakan terasa
sekitar 20 minggu umur kehamilan dan pada multi gerakan terasa sekitar umur
kahamilan 16 – 18 minggu.
f) Diet
/ makan
Konsumsi
makanan yang bergizi. Lakukan diet biasa ibu hamil.
g) Pola
eliminasi
BAB, BAK pada kasus Pre-eklamsi
berat sering BAK.
h)
Aktivitas sehari-hari
Aktivitas
yang terlalu berat akan mempengaruhi kehamilan.
i)
Pola istirahat dan tidur
Istirahat
dan tidur yang cukup akan berpengaruh pada kesehatan ibu dan janin
j)
Imunisasi selama kehamilan
Diberikan
2 x selama hamil untuk memberikan kekebalan pada ibu dan bayi terhadap penyakit
tetanus toxoid.
k)
Kontrasepsi yang digunakan tidak
berpengaruh terhadap kasus pre-eklamsi berat dan hiprertensi
6) Riwayat
kesehatan
Kelainan TD, hati, jantung, otot
dan ginjal dapat menyebabkan Pre-eklamsi.
a) Riwayat
kesehatan keluarga
Riwayat
kesehatan keluarga berpengaruh terhadap Pre-eklamsi berat
b) Prilaku
Tidak
ditemukan pengaruh prilaku bisa menyebabkan Pre-eklamsi berat
7) Riwayat
social
Untuk mengatahui latar belakang
sosial dan kondisi lingkungan atau tempat dan berkaitan dengan beban ekonomi
juga dapat dikaitkan dengan status gizi
b. Data
Objektif
Data objektif adalah data yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik secara infeksi, auskultasi, palpasi dan
perkusi
1) Keadaan
umum
Pada ibu dengan Pre-eklamsi berat keadaan
umum pucat dan lesu, kesadran baik, keadaan emosional cemas dan gelisah
2) Kesadaran
: menurun sampai koma (Manuaba,1998 : 239)
3) Keadaan
emosional : apakah stabil atau tidak
4) Tanda-tanda
vital
Tekanan
darah normal : 110 – 130 mmHg
Pada
kasus ibu hamil dengan Pre-eklamsi berat melebihi batas normal (110 / 70 mmHg
s/d 120 / 80 mmHg) yaitu tepatnya 140/90 mmHg s/d >160/110 mmHg)
a)
Nadi 80 – 100 x / menit
Pada
kasus Pre-eklamsi berat nadi normal.
b)
Pernafasan normal 16 – 24 x / menit
Pada
kasus ibu hamil Pre-eklamsi berat (20 x / menit).
c)
Suhu normal : 36,50 °C – 37,50° C
Pada
kasus Pre-eklamsi berat suhu dalam keadaan normal.
d)
Berat badan dan tinggi normal
Tujuannya untuk memastikan kesan umum terhadap tubuh klien.
Pada kasus Pre-eklamsi berat adanya kenaikan berat badan tetapi tidak untuk
tinggi badan dalam keadaan normal sehingga tidak mempengaruhi.
5) Pemeriksaan
fisik
a) Kepala
: Warna hitam bergelombang, bersih tidak ada
ketombe.
b) Muka
: apakah terdapat
oedema (pada pre eklampsia berat biasanya terdapat oedema) apakah ada cloasma
gravidarium.
c) Mata
: Pada kasus Pre-eklamsi berat tidak terlihat
pucat, sclera putih dan bisa menyebabkan ikterus.
d) Hidung
: Tidak ada secret, polip (-) / (-)
e) Mulut
dan gigi : Tidak stomatis
Tidak ada
caries
f) Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar gerath bening dan
kelenjar tiroid.
g) Telinga
: Bentuk simetris, tidak ada serumen.
h) Dada
: Tidak ada kelainan.
i) Jantung
: Reguler, tidak ada bunyi wheezing dan ronchi.
j) Payudara
: a. Bentuk simetris
b. Puting
susu menonjol
c. Tidak
ada benjolan
d. Tidak
ada nyeri
k) Abdomen
: Pembesaran uterus sesuai umur kehamilan Tidak ada luka bekas operasi
l) Palpasi
Palpasi
perut digunakan untuk menetukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian
janin, letak dan persentasi kepala.
m) Ekstrimitas : Biasanya terdapat oedema pada ekstremitas atas dan bawah
Oedema
pada kaki (+) (+)
Oedema pada
tangan (+) (+)
Kekakuan otot sendi
pada kaki (-)
Varices pada kaki (-)
(-)
n)
Perkusi
Untuk
memeriksa klien dengan cara mengetauk patella dengan menggunakan reflek hammer
untuk mengetahui klien mengalami kekurangan vitamin B1 atau tidak.
o)
Punggung dan pinggang :
Tidak
ada kelainan, biasanya pada ibu hamil posisi tulang belakang lordosis dan tidak
ada nyeri tekuk
6) Uji
Diagnostik
Dilakukan pemeriksaan HB, hematokrit, trombosit, fungsi
hati dan fungsi ginjal.
Dilakukan pemeriksaan urine
lengkap, biasanya pada pre eklampsia berat protenuria lebih dari 3 gr/liter
atau positif 2 lebih
2.2.2
Interprestasi
Data
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan klien
berdasarkan interprestasi data yang benar dan atas data-data yang dikumpulkan.
Diagnosa : G...P..Agravida..minggu janin hidup tunggal
intra uterin, letak…..dengan Pre-eklamsi berat dan hipertensi esensial.
HPHT
: 01
– 02 – 2012
HTP : 08
– 11 – 2012
Masalah
: ibu mengeluh sakit kepala hebat,
pandangan kabur, sesak nafas, oedema
Kebutuhan
: konseling dan pengkajian lebih lanjut
2.2.3
Mengidentifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini
kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi.
Diagnosa potensial :
a. Ibu
:
- terjadi eklampsia atau kejang
-
solutio placenta
b.
Janin : - gawat janin, IUFD, IUGR, prematuritas
2.2.4
Identifikasi Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasikan
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersma dengan anggota tim kesehatan lain sesuai degan kondisi klien
kolaborasi dengan DSOG untuk menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan
dalam mengatasi masalah.
2.2.5
Merencanakan
Asuhan Menyeluruh
Berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ditegakan oleh bidan. Secara menyeluruh rencana
asuhan kebidanan dilaksanakan untuk menyususm rencana tindakan yang akan
dilakukan dalam mengatasi masalah.
a. Bina
hubungan baik
b. Beritahu
hasil pemeriksaan.
c. Beritahu
tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin
d. Anjurkan
ibu :
1) Jaga
asupan nutrisi seprti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan
sayuran dan buah
2) Istirahat
yang cukup
e.
Beri ibu tablet tambah darah, beritahu
manfaat dan cara minumnya
f. Jadwalkan
kunjungan ulang rutin 2 minggu untuk memantau tekanan darah dan protein urin.
g. Konsultasi
dengan dr.SpOG
h. Dokumentasi
2.2.6
Melaksanakanan
Perencanaan
a. Membina
hubungan baik
b. Memberi
tahu hasil pemeriksaan.
c. Memberitahu
tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin.
d. Menganjurkan
ibu
1) menjaga
asupan nutrisi seperti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan buah
2) Istirahat
yang cukup
e. Beri
ibu tablet tambah darah, beritahu manfaat dan cara minumnya
f. Jadwalkan
kunjungan ulang rutin 2 minggu untuk memantau tekanan darah dan protein urin.
g. Konsultasi
dengan dr.SpOG
h. Mendokumentasi
2.2.7
Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan, apakah benar telah dilaksanakan dan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
teridentifikasi di dalam masalah diagnosa.
a. hubungan
baik terjalin
b. ibu
dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.
c. Ibu
mengetahui tanda bahaya PEB dalam kehamilan bagi ibu dan janin.
d. Ibu
akan melakukan anjuran
1) menjaga
asupan nutrisi seperti diet biasa ibu hamil dan rendah kalori, banyak makan sayuran dan buah
2) Istirahat
yang cukup
e. Ibu
akan meminum tablet tambah darah sesuai dosis pada malam hari dengan air putih
f. Ibu
akan datang 2 minggu lagi untuk melakukan
kunjungan ualang
g. Konsultasi
dengan dr.SpOG
h. Dokumentasi
dalam bentuk SOAP
BAB
III
TINJAUAN
KASUS ANC
3.1
Data
Subjektif
1.
Identitas
/ Biodata
No
JAMKESMAS : 0001156634662
Nama Ibu : Ny.
S Nama
Suami : Tn. A
Umur :
45 tahun Umur : 50 tahun
Suku :
jawa Suku : Jawa
Agama :
Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat :
Pejambon RT 07 RW02 Alamat : Pejambon RT07 RW02
2. Anamnesa
Tanggal
Pengkajian : 18 Juni 2012
Waktu
: Pukul 10.00 WIB
Oleh
: Putri Retno Janati
a.
Alasan kunjungan ini:
Ibu datang ke Puskesmas ingin memeriksakan
kehamilanya serta melakukan kunjungan ulang untuk tatalaksana rujukan
Dengan keluhan sering pusing pandangan
kabur dan bengkak di kaki.
b. Riwayat
menstruasi
1)
Menarche : 12 tahun
2)
Siklus :
28 hari teratur, jarang terjadi dismenorhoe
3)
Lama :
5-6 hari,
4)
Banyaknya : 2 x ganti pembalut
5)
Sifat darah : Encer, merah tua disertai gumpalan-gumpalan
Darah
c. Riwayat kehamilan,
Persalinan, Nifas yang lalu
Pada saat usia
kehamilan 9 bulan proses persalinan ditolong oleh bidan di BPS lahir normal
tidak ada kompikasi ataupun penyakit yang mempengaruhi saat hamil, persalinan,
nifas baik ibu ataupun bayinya.
d. Riwayat kehamilan
yang sekarang
1) Tanda-tanda
kehamilan
Test kehamilan (+)
positif dilakukan di puskesmas pada tanggal 21-05-2012.
2) HPTP : ± 01 – 02 – 2012 ( tidak jelas ragu )
HTP : ± 08– 11– 2012
3) Riwayat ANC
Ibu sudah memeriksakan kehamilanya 2 x di puskesmas,
ibu sudah mendapat imunisasi TT lengkap dan juga sudah mendapat tablet penambah
darah.
4)
Keluhan yang dirasakan sekarang Keluhan
:
Ibu mengeluh sering pusing,pandangan
kabur dan
bengkak pada kaki
5) Obat
yang dikonsumsi : tidak mengkonsumsi obat selain dari bidan
6)
Pola makan : Susah makan, 1 x
sehari
7)
Pola eliminasi : BAB 1x sehari dan BAK ± 8x sehari
8)
Pola Istirahat : Tidur malam + 7 jam, siang + 1 jam
9) Seksualitas : Normal
10) Pekerjaan : Ringan
11) Kontrasepsi
yang pernah digunakan : Suntik
12) Kekhawatiran
khusus : ibu mengkhawatirkan keadaan janinnya
e.
Riwayat kesehatan
Ibu mempunyai riwayat
hipertensi semenjak ± 2 tahun yang lalu dengan tekanan darah biasanya
140/100mmHg pemeiksaan di puskesmas. tetapi tidak mempunyai riwayat penyakit menular / keturunan seperti : DM, jantung,
TBC, asama dll.
f.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit
berat seperti : hipertensi, jantung, DM, ginjal dan lain-lain
g.
Data Psikososial
Ibu mengatakan ini perkawinan pertama,
status sah Lama 25 tahun
Ibu tinggal dirumah sendiri bersama suami dan
anaknya, ibu mengatakan hubungan dengan suami dan anggota keluarga lainnya juga
dengan masyarakat sekitarnya terjalin dengan baik. Kehamilan ini tidak direncanakan.
3.2 Data Objektif
1. Pemeriksaan
Umum
a. Status
emosional
Emosional
ibu agak labil, cepat marah
b. Keadaan
umum ibu
Kurang
baik, kesadaran composmentis
c. Tanda-tanda
vital
TD : 150/90 mmHg Nadi :
76 x/menit
Suhu : 36,5°C Respirasi :
20 x/menit
BB : 68,3 kg TB :
152cm Lila: 33 cm
2. Pemeriksaan
Fisik
a. Muka
:
Pucat lesu, ada oedema, tidak ada chloasma
b. Mata : Conjungtiva : merah muda
Sclera : putih
c. Mulut
: Tidak ada caries, tidak ada sariawan
d. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid
bening dan vena jugularis
e. Dada : Bentuk simetris
1) Mammae : Tidak ada benjolan dan massa
2) Areola :
Hiperpigmentasi, warna coklat tua, bersih
3) Putting :
Menonjol
4) Paru :
Tidak ada wheezing dan ronchi
5) Jantung : Reguler
f. Costo
Veterbra Angel Tendemens : ada nyeri ketuk
g. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat
straie alba
dan
linea nigra, TFU 2 jari dibawa pusat, ballotemen (+)
h. Genitalia
: Vulva dan vagina: tidak ada varieces,
scene, kemerah-merahan serta tidak ada PMS (Ex: Condiloma, bartholinitis, dll)
Pengeluaran
pervaginam: Flour albis warna putih kental, sedikit.
i.
Perineum :
Tidak ada luka parut
j.
Anus :
Tidak ada haemorrhoid
k. Extremitas : Refleks patella (++) ka/ki
Pretibia : ada oedema (+)
3. Pemeriksaan
Laboratorium
Dilakukan
pada tanggal : 18 Juni 2012
Waktu
: Pukul
10:00 WIB
HB : 13,3 gr%
Golongan
darah : A
Proteinuria : Positif (+)(+)(+)
Glukosa : Negatif (-)
3.3
Analisa
Ny.S umur 45 tahun G7 P6
Ao Gravida 20 minggu, janin hidup intra uterin dengan pre-eklampsia berat dan
riwayat hipertensi.
Potensial akan terjadi eklampsia, solusio
plasenta, IUFD, IUGR, Prematuritas
3.4
Penatalaksanaan
1.
Membina hubungan baik dengan ibu, hubungan
baik terbina.
2.
Meminta persetujuan untuk melakukan pemeriksaan, ibu menyetujui.
3.
Memberikan penjelasan kepada ibu tentang
hasil pemeriksaan, Ibu telah mengerti
dan memahami keadaan janin dan dirinya.
4.
Melakukan observasi suhu, nadi,
respirasi, tensi, BB, DJJ setiap 2 minggu, dan melakukan observasi program
laboratorium (analisis urine dan protein) sesuai Standar
Operasional Prosedur Kabupaten Cirebon khusus untuk pelayanan kebidanan
puskesmas Sendang, Klien bersedia untuk dilakukan pemeriksaan dan
keluarga mendukung
5.
Memberikan penjelasan kepada klien dan
keluarga tentang Pre-Eklampsia, gejala dan penangananya, Klien dan keluarganya
mengerti dan paham tentang kondisi tersebut
6.
Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat
mutlak dan berbaring di tempat tidur dalam posisi ke satu sisi, Ibu telah
menuruti anjuran bidan.
7.
Memberikan obat-obatan sesuai dengan
program dokter, Klien bersedia
menuruti anjuran dokter.
8.
Memberikan terapi sementara resep dari
dr. Puskesmas, Antasid 3x1 dan Nifedipin
1x1.
9.
Memberikan penjelasan kepada klien dan
keluarganya perluhnya kerjasama untuk tatalaksana rujukan bahwa setiap rujukan jamkesmas
harus datang ke puskesmas terlebih dahulu untuk membawa kelengkapan rujukan, klien
bingung tatalaksana rujukan dan meminta
kontrol kehamilanya ke puskesmas saja.
10. Memberikan
support dan konseling tentang tatalaksana rujukan serta sitem rujukan kepada
klien dan keluarga bahwa setiap rujukan jamkesmas harus datang ke puskesmas
terlebuh dahulu untuk membawa kelengkapan (fotocopy : KTP, KK, arsip riwayat
rujukan, surat rujukan dari puskesmas), klien bersedia dirujuk dan mau melengkapi
persyaratan rujukan serta mau mengikuti sistem yang ada.
11. Beri
Konseling kepada ibu dan keluarga bahwa dengan hasil pemeriksaan perlunya
kolaborasi dengan dr.SpoG, keluarga dan pasien mau melakukannya dengan membawa
buku KIA.
12. Melakukan informed consent untuk rujukan dan tindakan prarujukan,
ibu dan keluarga setuju untuk dirujuk ke RSUD Arjawinangun, klien
menandatangani informed consent
13. Persiapan
surat rujukan, no surat rujukan 440/216-Puskesmas/2012 kelengkapan jamkesmas (fotocopy : KTP, KK, arsip
riwayat rujukan)
14. Mendokumentasikan hasil asuhan, hasil asuhan sudah di
dokumentasikan dikartu ibu, R1 ANC, buku KIA, buku rujukan jamkesmas, arsip
rujukan dan SOAP.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini penulis pembahas tentang asuhan kebidanan pada Ny. S dengan PEB, maka untuk mempermudah pembahasan penulis disini
membagi dalam 7 tahap yaitu : pengkajian, interpretasi data, indentifikasi
diagnosa dan masalah potensial, indetifikasi kebutuhan akan tindakan
segera/kolaborasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada kasus PEB
dapat ditandai dengan beberapa
gejala, diantaranya: tekanan darah ibu lebih dari 160/110 mmHg, oliguria, protein urin (+++), dan keluhan subjektif yang umum terjadi yaitu nyeri epigastrium, pandangan
kabur, sakit
kepala hebat, terdapat mual muntah, gangguan kesadaran, gangguan
pernapasan, terdapat oedema pada wajah, ekstermitas atas dan bawah,
biasanya terjadi pada umur >35 tahun (Winkjosastro: 2007,287-288)
Pada prakek penulis penulis melakukan pengkajian
sesuai dengan teori seperti pada kasus Ny. S dengan Tanda-tanda pre eklampsia berat
dan hypertensi eensial yaitu tekanan
darah yang tinggi dari trimesret Isampai trimester ke II, oliguria,
oedema pada wajah, tangan dan kaki, penglihatan kabur, protein urine positif
(+++).
4.2 Interpretasi
Data
Ibu dengan pre-eklamsi berat dengan adanya tanda-tanda yaitu tekanan darah ≥ 160 /
110 mmHg, kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan diastolic ≥ 15 mmHg,
oedema kaki, tangan, dan muka, protein urine positive 2 atau lebih, kenaikan
berat badan 1 kg atau lebih dalam
seminggu, hipertensi timbul pada umur kehamilan ≥ 20
minggu dan sering terjadi pada primigravida muda (umur ≥ 17 tahun) dan
primigravida tua ( ≥ 35 tahun).
Wanita
hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi esensial jika tekanan darah
pada awal kehamilannya / usia kehamilan ≤ 20 minggu
mencapai 140/90 mmHg.
(Prawiroharjo,2007)
Maka dapat ditegakan diagnosa Ny.S G7 P6
Ao dengan pre-eklamsi berat
dengan riwayat hypertensi esensial. Pada kasus Ny.S dilihat dari
tekanan darah adanya kenaikan sistolik 10
mmhg, dan penurunan diastol 10 mmHg (dasarny pada kunjungan antenatal pertama tanggal 21-05-2012 dan kunjungan kedua tanggal 28-05-2012 tekanan
darah Ny.S 140/100 mmHg tetapi pada kunjungan brikutnya yaitu pada tanggal
18-06-2012 tekanan darah Ny.S 150 /90 mmHg, adanya kadar protein +++, adanya oedema di wajah, tangan
dan kaki, serta adanya kenaikan berat pada kunjungan pertama 11 kg/minggu
dasarnya yaitu kunjungan tanggal 21-05-2012 berat badan Ny.S 57 kg, dan pada
kunjungan kedua 28-05-2012 berat bada Ny.S 68 kg tetapi pada kunjungan berikutnya tanggal
18-06-2012 kenaikan berat badan Ny.S 68.3 kg hanya mengalami kenaikan 0.3 kg.
Berdasarkan riwayat ANC diatas,
secara umum tidak ada kesenjangan dalam
teori dan praktek. karena pada Ny.S mempunyi riwayat hipertensi esensial.
4.3 Indentifikasi Diagnosa dan
Masalah Pontesial
Masalah pontesial
yang mungkin timbul pada kasus PEB yaitu pada ibu dapat terjadi eklampsia,
oedema pada seluruh tubuh dan spasme pembuluh darah, pada mata biasa terjadi
ablation retina, pada paru menyebabkan sesak, pada otak terjadi oedema
cerebral, pada hati terjadi peregangan kapsula glison sehingga menyebabkan
nyeri ulu hati, dapat gagal jantung dan ginjal, sedangkan pada bayi dapat
terjadi gawat janin, IUFD, IUGR, prematuritas tetapi pada kenyataannya setelah
melakukan pemantauan yang rutin pada Ny. S.
Masalah
potensial yang timbul pada Ny.S hanya terjadi nyeri pada ulu hati.
sedangkan pada janin belum ada data otentik untuk mententukan masalah
potensial.
Dalam mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan
segera atau kolaborasi pada pre eklampsi kebutuhan kolaborasi dengan dokter
SpOG dan hal tersebut sudah dilakukan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek.
4.4 Identifikasi
Kebutuhan Akan Tindakan Segera / Kolaborasi
Pada kasus PEB
dilakukan tindakan dengan DSOG/SPOG, dan pada saat menghadapi masalah pada Ny. S,
penulis dan petugas KIA melakukan
konsultasi dengan dr.
Puskesmas, dan melakukan tindakan
kolaborasi dengan DSOG/SPOG.
Maka dalam indentifikasi kebutuhan akan
tindakan segera/ kolaborasi tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan
kasus yang ada dilapangan.
4.5 Merencanakan
Asuhan Yang Menyeluruh
Dalam melakukan
perencanaan untuk memberikan asuhan pada kasus PEB penulis merencanakan
tindakan sesuai dengan kebutuhan dan diagnosa yaitu
mengobservasi
TTV, memberitahu ibu dan keluarga
hasil pemeriksaan, memberikan konseling
tentang tanda bahaya PEB, konseling tentang nutrisi konseling tentang
mobilitas, anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, memberikan dukungan
terhadap Ny.S agar melakukan kunjungan
ulang sesuai jadwal kunjungan agar mendapatkan pemeriksaan intensif, memberikan
obat anti hypertensi Nifedipin sesuai resep dokter puskesmas , memberikan konseling untuk melakukan konsultasi dengan DSOG/SPOG Arjawinangun
Maka dalam Merencanakan
Asuhan Yang Menyeluruh tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di
lapangan.
4.6 Pelaksanaan
Sehingga dalam penatalaksanaannya pengkaji
memberikan asuhan kepada ibu hamil dengan pre-eklampsia berat yaitu dengan
melakukan rawat jalan , mengobservasi TTV, memberikan konseling nutrisi dan
istirahat, memberikan penjelasan tanda-tanda bahaya pada kehamilan, serta
memberikan pengobatan sesuai dengan kebutuhan dan adanya dukungan dari tenaga
kesehatan dan keluarga.
Maka dalam penatalaksanaan
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus
yang ada dilapangan
4.7
Evaluasi
Pada tahap ini ditemukan hasil setelah dilakukan
penanganan di antaranya kenyamanan ibu teratasi, ibu mendapatkan asuhan dari
tenaga kesehatan seperti melakukan observasi TTV, konseling tentang tanda bahaya, anjuran istirahat yang cukup, konseling
tentang tatalaksana rujukan atau kolaborasi dengan DSOG,ibu mau melakukan semua
anjuran bida sehingga terpeliharanya
kehamilan dan kesehatan ibu. Hal ini merupakan hasil yang diharapkan yaitu ibu
dan keluarga dapat teratasi dengan baik.
Dari kasus Ny. S penulis dapat menyimpulkan bahwa
komplikasi dalam kehamilan dapat dicegah apabila diketahui secara dini. Untuk
itu, pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk dapat lebih cepat mendeteksi
adanya komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian kepada Ny. S
sampai tahap evaluasi, maka penulis menyimpulkan:
1. Dikatakan
Pre-Eklampsia berat jika tekanan darah 160/110 dengan batasan edema dan
proteinuria posifif 3. Jika hipertensi terjadi dan sebelum triwulan ke-3
kehamilan itu adalah hipertensi esensial.
2. Tindakan
yang dilakukan sudah sesuai dengan konsep penanganan di tingkat puskesmas
dengan kolaborasi dokter puskesmas, sehingga tidak terjadi komplikasi atau peningkatan gejala dari
pre-eklampsia berat.
3. Adapun
tindakan penanganan diberikan pada Ny. S yaitu kolaborasi dengan dr.spOg pemantauan
TD serta Laboratorium
5.2 Saran
a. Untuk
PKM
1. Diharapkan
tenaga kesehatan dapat mempertahankan mutu pelayananya dan tindakan Asuhan
Kebidanan pada Ny. S sesuai dengan standar.
2. Lebih
meningkatkan SDM yang sudah ada dengan mengikuti penyuluhan, seminar-seminar
kesehatan, dan perkuliahan serta mengikuti perkembangan IPTEK di bidang
kesehatan khususnya.
b. Untuk
Ibu Hamil
Agar
Ny.S rajin memeriksakan kehamilannya, melaksanakan anjuran-anjuran tenaga
kesehatan dan harus mempersiapkan segala sesuatunya bila suatu saat terjadi
komplikasi yang tidak diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Helen
Varney, Buku Saku Bidan, Jakarta:
EGC, 2002.
2. Ida
Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta: EGC, 1998.
3. Kusniawati
Evni,Panduan praktis Ilmu Kebidanan,2007
4. Rustam
Mochtar, Synopsis Obstetri, Jakarta:
EGC, 1998
5.
Saifudin abdulah bahri, Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal.2006
6. Sarwono
Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar